Rabu, 08 Oktober 2014

Gadis Berambut Panjang


Kemarin aku lihat dia lewat depan rumahku. Dengan bolero merah dan rok motif bunga selutut. Rambutnya panjang tergerai, sebuah jepit rambut berbentuk bunga kecil menempel di rambutnya. Sesekali angin yang berhembus menggerakkan rambutnya, seperti ombak yang bergelayutan ditepi pantai. Seolah di setiap hempasan rambutnya ada bunga-bunga beterbangan dan menyemburkan wewangian yang mampu menghipnotisku.

Setiap pagi selama seminggu terakhir dia selalu melewati depan rumahku sekitar Pukul 08.00 WIB. Otomatis setiap Pukul 07.45 WIB aku sudah standby di teras rumah. Meskipun biasanya jam segini aku masih enak-enakan tidur-tiduran di kamar atau di depan tipi, sekarang aku sudah mandi, wangi, dan rapi. Dengan mp4 di tangan kangan dan kedua telinga tersumpal headphone besar. Sesekali aku bersenandung mengikuti irama dari mp4 merahku. Kadang pun aku mendongak ke luar pagar siapa tahu gadis rambut panjang itu lewat depan rumahku lagi. Tapi nihil, sampai jam 8.15 WIB dia masih belum kelihatan. Atau mungkin tadi dia lewat saat aku asik mendengarkan lagu K-POP kesukaanku. “Yah, ketinggalan dong,”keluhku dengan mengepalkan tangan kanan dan meninju tiang depan rumah. Aku masuk ke dalam rumah dengan wajah merengut, bibir sedikit manyun dan tanpa pikir panjang langsung duduk di depan tivi.

Kebetulan sejak kemarin sore ayah dan ibu pergi ke rumah saudara di Bandung, sedangkan kakakku sudah seminggu ikut training kerja di Jakarta. So,aku di rumah sendirian. Nggak bisa terelakkan kalau di rumah yang cukup luas ini hanya ada seorang pria tampan kayak aku, dapur jadi berantakan, kamar masih utuh dengan selimut belum terlipat. Tapi, sengaja tadi pagi aku menyapu halaman rumah agar terlihat rapi dari luar. Aku berharap gadis rambut panjang itu lewat depan rumahku dan aku bisa berkenalan dengannya. Setidaknya aku bisa tahu namanya, rumahnya, dan nomer handphonenya. “Serakah,”kataku.

Perutku mulai keroncongan lalu aku berusaha mencari makanan di kulkas dan lemari dapur. Tak ada satupun makanan tersisa setelah tadi malam aku habiskan sambil nonton film di kamar. Bahkan untuk segelas susu pun tak bersisa. Aku memutuskan untuk keluar rumah menuju mini market di ujung jalan untuk membeli beberapa makanan instan dan susu.

Masih dengan mp4 di saku celana dan kedua headphone menempel ditelingaku, aku berjalan melenggang ke arah mini market. Memilih beberapa makanan instan, roti, coklat, buah, dan susu full cream cair. Sesampainya di kasir, tanpa sengaja aku melihat gadis berambut panjang itu lewat depan mini market. Aku lihat dia berdiri sebentar sembari melihat-lihat tulisan yang ditempel di dinding kaca minimarket. Belum selesai aku membayar transaksi, gadis itu pergi. Aku ingin mengejarnya tapi aku harus selesaikan dulu pembayarannya. 

“Ugh, lari kemana tuh cewe sih,”gumamku. 
Dia sudah pergi, bahkan bayangannya udah nggak kelihatan sampai di ujung jalan. 
“Wah parah, manusia apa setan sih tuh cewe, cepet amat ilangnya,”
Dua kali aku kehilangan kesempatan di hari ini untuk kenalan dengan gadis berambut panjang itu. Rasanya dongkol berat. 
“Apa aku pantengin ajah tuh di depan pager rumah yah, siapa tahu nanti dia lewat lagi,”kataku optimis. Selesai makan, kenyang, semangat lagi buat ‘berburu’ gadis berambut panjang itu.
“Kau cantik hari ini dan aku sukaaaa,”aku mulai bersenandung di depan pagar. Masih menunggu gadis itu lewat, aku sesekali merapikan rambut dan memastikan kalu bajuku masih rapi. Setelan celana pendek dan kaos hitam plus jaket yang ku gulung bagian lengannya sampai siku.
“Pokoknya ganteng dah,”

Hari udah mulai gelap tapi gadis itu belum juga terlihat lewat depan rumahku. Aku mulai putus asa. Masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. “Mudah-mudahan besok bisa lihat dia lagi,”batinku.
Hari berikutnya aku keluar rumah lebih awal, standby di teras rumah dengan pagar terbuka agar tidak ada yang menghalangi pandanganku ke luar. Pukul 08.00 WIB tepat aku berdiri di depan pagar, celingukan ke kanan dan ke kiri. Tapi tak ada satupun orang yang lewat depan rumahku. Sepi.
“Hari apa sih sekarang, kok sepi banget,”aku mengingat-ingat hari ini. “Oh,no. Monday.....,”aku bergegas ke dalam rumah dan berganti pakaian. 

Aku baru ingat kalau senin ini ada UTS jam 8.30 WIB, bergegas aku berangkat ke kampus yang jaraknya sekitar 8 km dari rumah. Sepanjang perjalanan, mulutku terus komat-kamit berdoa agar aku sampai di kampus tepat waktu.

UTS selesai juga, setelah melewati 50 soal pilihan ganda dan 10 essay. “Mantap!!!” Sekarang saatnya standby di depan rumah lagi demi gadis berambut panjang pujaan hati. Belum juga ganti baju, aku sudah duduk di teras rumah. Segelas susu full cream dingin sudah ada di meja teras menemaniku menunggu gadis itu.

Samar-samar terlihat seorang gadis berjalan melewati depan rumahku, tangan kiri memegang payung yang melindunginya dari sinar matahari sedangkan tangan kanan menenteng tas kresek hitam. Dengan sigap aku langsung berdiri dan menghampirinya. Benar memang gadis itu adalah si gadis berambut panjang yang waktu itu aku lihat. Dia sudah sampai pojok pagar rumahku dan hendak berbelok ke arah gang kecil di sebelah tembok pagar rumah. Aku segera berlari menghampirinya dan mencegatnya. Aku membentangkan kedua tanganku di hadapannya. Seketika ia berhenti, hampir saja dia menabrak tubuhku tapi sistem pengendaliannya jauh lebih kuat dari yang aku bayangkan. Dia menatapku seolah bertanya apa yang sedang aku lakukan.

“Oh, maaf aku ganggu perjalanan kamu. Tapi ada yang mau omongin sama kamu,”kataku pelan.
“Kita saling kenal?”tanyannya
“Belum. Kenalin, aku Dion. Rumahku di balik tembok ini, kamu sering lewat depan rumahku tapi aku belum tahu nama kamu. Kamu orang baru ya?”
“Hmmm.....aku Fitri. Aku tinggal di rumah itu dua minggu terakhir,”jawabnya sembari menunjuk rumah kecil di belakang rumahku.
“Kamu kuliah di mana Fit?”tanyaku lagi.
“Hehehe...,”dia tertawa ringan mendengar pertanyaanku.
“Kok malah ketawa, ada yang lucu?”
“Aku nggak kuliah, aku kerja di toko buku ujung gang sana,”
“Oh,gitu ya. Bawa apa tuh?”tanyaku basa-basi sembari menunjuk tas kresek di tangannya.
“Hmm...susu full cream cair,”
“Wah, suka susu full cream juga yah. Aku juga suka,”sahutku antusias saat tahu dia juga suka susu full cream sama sepertiku.
“Bukan buat aku kok. Maaf Dion, aku harus pulang, udah ditunggu,”
“Oh, silakan,”

Dia pergi melewatiku. Sekarang rasanya lega banget setelah tahu nama dia, apalagi setelah tahu kalau rumah dia deket sama rumahku. Dari kejauhan aku masih melihat dia berjalan ke arah rumahnya. Tepat saat dia ada di depan rumah, terlihat dia jongkok dan membuka kedua tangannya seperti hendak memeluk seseorang yang setinggi pinggulnya. Tiba-tiba seorang anak kecil berusia sekitar 3 tahun memeluknya erat dan berteriak,”Mama......,”

Seketika kakiku lemas mendengar anak itu memanggil Fitri dengan panggilan ‘mama’, itu berarti Fitri bukan gadis single, dia udah punya anak. Dan susu full cream yang dia beli itu mungkin untuk anaknya. Pupus sudah harapanku untuk lebih jauh mengenalnya. Mungkin memang aku hanya ditakdirkan untuk tahu namanya. “Fyughhh, Fitri...oh....Fitri.......,”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar