Namaku Nila, mahasiswi semester 2 di sebuah
Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta. Aku bukan gadis yang mudah bergaul dan
beradaptasi dengan lingkubfab baru. Perlu banyak waktu untuk bisa
memperkenalkan diri dan membaur dengan yang lain. Bukan aku nggak mau masuk
dalam komunitas mereka hanya saja aku merasa kurang penting kehadiranku bagi
mereka di sana.
Di saat semua mahasiswa sibuk dengan gadget atau
gosip mereka, aku cuma duduk sendiri mengangga sebuah novel romance. Sesekali
aku membetulkan posisi kacamata yang mulai merosot. Tidak ada yang mengusikku
atau sekedar basa-basi denganku. Mungkin bagi mereka, kehadiranku tak begitu
penting. Atau memang aku kurang menarik.
“Hai, Nil. Lagi baca apa?”sebuah suara lembut
menyapaku dari belakang. Konsentrasiku mulai buyar. Aku mencoba menoleh dan
mencari siapa malaikat yang menyapaku di siang bolong ini.
“Oh, hai juga. Nih, lagi baca novel,” jawabku
singkat. Aku nggak tahu siapa namanya. Aku kurang mempedulikan sekitarku tapi
aku tahu persis dia sekelas sama aku.
Percakapan kami memang yang sebentar tapi sangat
berkesat di hatiku. Baru pertama kali selama aku kuliah di tempat ini ada
laki-laki menyapaku dengan senyum manis terkembang di wajahnya. Apalagi dia
tahu namaku, itu berarti dia memperhatikanku, meskipun hanya sesekali.
Sejak saat itu, aku berusaha mencari tahu siapa
nama laki-laki itu. Aku mencarinya di media sosial, mencari satu-per satu di
grup kelas. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah foto yang ada gambar dia di
dalamnya. Aku buka link tag nya. “Dika Prasetya,”kataku pelan.
Namanya Dika. “oOo..” Beberapa saat aku sibuk
membuka setiapo file gambar di facebooknya. Aku suka lihat senyum dia yang
terkembang lepas. Manis sekali. Seakan hatiku meleleh melihat senyumnya yang
menawan. Perlahan aku mulai mengingat kembali senyum dan suaranya saat
menyapaku di kelas.
Setelah ku kumpulkan tekadku, ku beranikan diri
untuk menyapanya melalui chat.
“Hai, Dika,”
Beberapa hari dia tidak membalas chatku. Saat di
kelaspun aku nggak berani menyapanya. Aku takut dia mengabaikankku.
Jangan-jangan aku yang GR waktu itu.
Pagi ini seperti biasa aku buka akun facebookku.
Ada beberapa notification dan sebuah personal message. Ternyata Dika membalas
chatku.
“Hai, Nila. Bagi pin dong,”balasnya
Dia minta pin ku berarti aku ada kesempatan untuk
bisa ngobrol lebih lama lagi sama dia. Tanpa pikir panjang aku beri dia pin bbm
ku.
Tak lama kemudian, muncul sebuah permintaan
pertemanan. Ternyata benar, itu Dika. Rasanya berbunga-bunga hatiku. Sesekali
berharap,”Tuhan, tolong jodohkan aku dengannya. Amien,”
Hari demi hari aku semakin intens ngobrol lewat
bbm. Tapi karena minggu kemarin baru UTS, jadi kami libur 2 minggu. Selama 2
minggu pun kami nggak ketemu. Cuma sebatas perbincangan di bbm. Tapi hal itu
nggak mengurangi sedikitpun kekagumanku sama dia.
Hingga pada saatnya aku merasa nyaman ngobrol sama
Dika. Bersenda gurau. Sesekali bertukar sticker dan gambar-gambar lucu. Rasanya
seperti aku menemukan laki-laki idamanku yang selama ini hanya ada di
angan-angan.
Dika, selalu rajin menyapaku setiap pagi meski
hanya sekedar mengucapkan “Selamat beraktivitas ya,”. Tapi buat aku, kata-kata
itu seperti tetesan embun yang jatuh di hatiku. Adem, cessssss. Bahkan kalau
jam 8 pagi, aku belum dapat bbm dari dia, aku mulai risau. Kemana dia ya,
sedang apa ya? Apa dia belum bangun? Atau dia lagi sibuk?
Sepertinya aku mulai terbiasa untuk mengingatnya,
terbiasa menyebut namanya, atau mungkin terbiasa merindukannya. Semua terjadi
begitu saja.
“Nila, lagi apa? Aku kangen sama kamu,” Dika
tiba-tiba mengirim pesan bbm di tengah malam setelah seharian dia tak ada
kabar.
Aku yang awalnya tidur lelap dan tak sedikitpun
bergairah untuk bangun di tengah malam tiba-tiba terbelalak dan kaget. Aku
masih nggak percaya, kucek-kucek mata dan ku baca lagi pesan darinya. Sesekali
aku mengejanya perlahan supaya tidak ada kata yang terlewatkan. Masih belum
yakin juga. Aku beranjak dari tempat tidur dan segera mencuci mukaku dengan air
di bak mandi. Lalu aku bercermin sebentar. “OK. Aku udah bangun,”kataku dalam
hati. Ku ambil smartphoneku dan kubaca lagi pesan Dika. OMG!! Ini beneran bbm
dari Dika. Dia bilang dia kangen sama aku. Apa ini mimpi???Aku juga kangen sama
dia.
Sebegitu excited-nya aku sampai lupa balas pesan
Dika sampai pagi.
#Kring!!!!Kring!!!Kring!!
Alarmku berbunyi tepat di telingaku. Ternyata
semalam aku meletakkan smartphoneku di bawah kepalaku. Ada beberapa pesan bbm
masuk ternyata. Salah satunya pesan dari Dika.
“Kok, nggak di balas?”
“Maaf, aku ketidura,”
“Aku pengin ketemu kamu,”
“Aku juga. Minggu depan baru masuk kuliah lagi ya.
Kita bisa ketemu di kelas,”jawabku
Ya Tuhan, apa aku mimpi? #Plak!!Plak!! Aku
menampar pipiku perlahan. Nyata kok. Tapi apa iya seorang Dika bisa kangen sama
aku. Aku lho ya, Nila, masih Nila yang susah bergaul, bahkan untuk menghafal
satu-per satu nama teman di kelas aja masih susah dikangeni Dika. Iya, Dika
yang itu, cowo yang hitam manis itu, Dika yang ramah itu, Dika yang senyumnya
bikin adem itu. Dika yang seperti malaikat di siang bolong itu.
Sejak saat itu, Dika lebih sering mengirimiku
pesan-pesan yang lebih romantis. Mungkin biasa aja kata-katanya tapi buat aku,
itu romantis. Dan aku merasa tersanjung banget dengan semua kata-katanya.
Seolah, aku penting buat dia. Setiap hari aku dan dia diselimuti rasa kangen.
Saat aku tiba-tiba sibuk dengan duniaku sendiri
dan lupa membalas pesannya dia pasti bbm aku,”Aku sayang kamu, Nila,”
Mana mungkin aku tak membalas pesan itu, ini Dika
lho yang bbm. Aku nggak bisa mengabaikannya. Apa mungkin?? Tumbuh perasaan yang
selama ini tak pernah hadir di hatiku? Cinta? Sungguh??
“Dika, kenapa sih kamu selalu bilang kangen dan
sayang sama aku. Kita kan belum akrab di dunia nyata,”tanyaku menyelidik
“Aku udah nyaman sama kamu, Nil. Apa salah kalau
aku sayang sama kamu,”balasnya.
“OK. Tapi aku butuh bukti, jangan-jangan kamu cuma
mainin perasaan aku di bbm,”
“Aku akan buktikan nanti saat kita
ketemu,”jawabnya
Hari yang ditunggu pun datang, hari pertama masuk
kuliah setelah UTS. Aku ketemu dia. Salting udah pasti. Bingung mau mulai dari
mana ngobrolnya. Selama ini aku dan dia hanya akrab di bbm, bukan di dunia
nyata.
“Hai, Nila,”dia menyapaku. Menjabat tanganku erat
dan menatap wajahku. Terang saja aku salah tingkah. Nggak tahu harus bagaimana,
beberapa orang di sekelilingku seolah menatapku curiga. Pastilah mereka curiga
dan bertanya-tanya, mana mungkin seorang Nila yang jarang bergaul tiba-tiba
gandengan tangan sama Dika yang cute.
Tiba-tiba seorang teman menepuk bahu Dika, dan
membuyarkan konsentrasi kami. Dika ditarik temannya yang entah nggak tahu atau
pura-pura nggak tahu untuk ngobrol dan kumpul sama teman-temannya. Aku
ditinggal lagi, belum sempat aku mendengar apapun dari mulutnya. Aku ingin tahu
apa benar memang dia sayang sama aku. Atau hanya aku yang merasa dia sayang
sama aku.
Aku memutuskan untuk pulang dan meninggalkan
sebuah pesan di bbm untuk Dika.
“Aku pulang. Kamu belum menepati janjimu,”
Selama beberapa hari suasana hatiku berkecamuk.
Bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi? Dika yang selama beberapa hari
terakhir selalu melambungkan angan-anganku. Tiba-tiba sibuk dengan kehidupannya
sendiri. Dan bahkan sampai saat ini dia belum mengatakan apapun saat aku
bertemu di kelas. Semua biasa saja. Seolah aku dan dia tidak pernah saling
merindukan, seolah tidak ada kata sayang yang dia ucapkan di bbm.
“Aku kenapa sih?”tanyaku dalam hati. Mungkin aku
mulai berharap dia punya perasaan yang sama denganku. Dia sudah menebar benih
cinta di hatiku, kenapa tiba-tiba dia lupa untuk menyiramnya. Bahkan beberapa
sudut hatiku mulai ditumbuhi ilalang.
Terpaksa aku menyelidik dan mencari info tentang
Dika lebih dalam di media sosial. Mungkin saja aku menemukan sesuatu yang bisa
membuatku lega. Semua foto-fotonya aku lihat, nggak ada foto cewe yang mungkin
disinyalir sebagai kekasihnya. Berarti dia memang single. Tapi.....aku buka
timelinenya. Berjalan mundur dari status yang paling baru hingga beberapa bulan
ke belakang.
Tiba-tiba aku menemukan sebuah akun yang meninggalkan
jejak di timelinenya. Aku buka akun itu dan ternyata seorang gadis. Aku semakin
penasaran, ku buka koleksi fotonya. Ada sebuah foto gadis itu dan Dika di tepi
pantai.
#Deg!!!
“Mungkin ini mantannya,”batinku. Tak lama kemudian
aku tanya ke Dika lewat bbm.
“Dika, siapa Kinan?”tanyaku
“Teman, kamu kenal dia?”tanya dia mengintimidasi.
“Nggak, cuma liat di FB aja. Kok fotonya mesra
banget,”
Dia tak menjawabnya. Entah, mungkin dia tidak suka
aku mencoba tahu lebih dalam tentang masa lalunya. Tapi aku masih penasaran.
Aku ingat teman Dika di kelas, mungkin aku bisa tanya dia.
Benar dugaanku, Kinan Aliya Putri. Kekasih Dika
yang sekarang LDR di Malang. Mereka memang sedang renggang karena jarak mulai
mengusik cinta mereka.
#Plak!!! Serasa ditampar wajahku. Tersadar
seketika, aku baru saja jatuh dari angan-anganku yang terlampau tinggi. Dika,
yang selama ini ku kagumi ternyata hanya menjadikanku pelampiasan cintanya yang
mulai kandas. Dia, hanya menjadikanku penghibur hatinya, pelipur laranya.
Bukan, aku bukan gadis seperti itu Dika. Aku menghargai setiap kebaikanmu, kamu
yang pertama menarikku dari kejenuhan dan kekakuan hidupku. Yang aku harapkan
bukan seperti ini. Sungguh bukan seperti ini. Apa kamu pikir aku terlalu bodoh
dan polos untuk dipermainkan cintamu??
Aku memang gadis penyendiri yang tak pernah
sedikitpun terlintas untuk mencintaimu. Bahkan mengenalmu saja tak pernah aku
pikirkan. Maafkan aku yang berharap terlampau jauh.