Kemarin
aku lihat dia lewat depan rumahku. Dengan bolero merah dan rok motif
bunga selutut. Rambutnya panjang tergerai, sebuah jepit rambut berbentuk bunga
kecil menempel di rambutnya. Sesekali angin yang berhembus menggerakkan
rambutnya, seperti ombak yang bergelayutan ditepi pantai. Seolah di setiap
hempasan rambutnya ada bunga-bunga beterbangan dan menyemburkan wewangian yang
mampu menghipnotisku.
Setiap
pagi selama seminggu terakhir dia selalu melewati depan rumahku sekitar Pukul
08.00 WIB. Otomatis setiap Pukul 07.45 WIB aku sudah standby di teras rumah.
Meskipun biasanya jam segini aku masih enak-enakan tidur-tiduran di kamar atau
di depan tipi, sekarang aku sudah mandi, wangi, dan rapi. Dengan mp4 di tangan
kangan dan kedua telinga tersumpal headphone besar. Sesekali aku bersenandung
mengikuti irama dari mp4 merahku. Kadang pun aku mendongak ke luar pagar siapa
tahu gadis rambut panjang itu lewat depan rumahku lagi. Tapi nihil, sampai jam
8.15 WIB dia masih belum kelihatan. Atau mungkin tadi dia lewat saat aku asik
mendengarkan lagu K-POP kesukaanku. “Yah, ketinggalan dong,”keluhku dengan
mengepalkan tangan kanan dan meninju tiang depan rumah. Aku masuk ke dalam
rumah dengan wajah merengut, bibir sedikit manyun dan tanpa pikir panjang
langsung duduk di depan tivi.
Kebetulan
sejak kemarin sore ayah dan ibu pergi ke rumah saudara di Bandung, sedangkan
kakakku sudah seminggu ikut training kerja di Jakarta. So,aku di rumah
sendirian. Nggak bisa terelakkan kalau di rumah yang cukup luas ini hanya ada
seorang pria tampan kayak aku, dapur jadi berantakan, kamar masih utuh dengan
selimut belum terlipat. Tapi, sengaja tadi pagi aku menyapu halaman rumah agar
terlihat rapi dari luar. Aku berharap gadis rambut panjang itu lewat depan
rumahku dan aku bisa berkenalan dengannya. Setidaknya aku bisa tahu namanya,
rumahnya, dan nomer handphonenya. “Serakah,”kataku.
Perutku
mulai keroncongan lalu aku berusaha mencari makanan di kulkas dan lemari dapur.
Tak ada satupun makanan tersisa setelah tadi malam aku habiskan sambil nonton
film di kamar. Bahkan untuk segelas susu pun tak bersisa. Aku memutuskan untuk
keluar rumah menuju mini market di ujung jalan untuk membeli beberapa makanan
instan dan susu.
Masih
dengan mp4 di saku celana dan kedua headphone menempel ditelingaku, aku
berjalan melenggang ke arah mini market. Memilih beberapa makanan instan, roti,
coklat, buah, dan susu full cream cair. Sesampainya di kasir, tanpa sengaja aku
melihat gadis berambut panjang itu lewat depan mini market. Aku lihat dia
berdiri sebentar sembari melihat-lihat tulisan yang ditempel di dinding kaca
minimarket. Belum selesai aku membayar transaksi, gadis itu pergi. Aku ingin
mengejarnya tapi aku harus selesaikan dulu pembayarannya.
“Ugh, lari kemana tuh
cewe sih,”gumamku.
Dia sudah pergi, bahkan bayangannya udah nggak kelihatan
sampai di ujung jalan.
“Wah parah, manusia apa setan sih tuh cewe, cepet amat
ilangnya,”
Dua
kali aku kehilangan kesempatan di hari ini untuk kenalan dengan gadis berambut
panjang itu. Rasanya dongkol berat.
“Apa aku pantengin ajah tuh di depan pager
rumah yah, siapa tahu nanti dia lewat lagi,”kataku optimis. Selesai makan,
kenyang, semangat lagi buat ‘berburu’ gadis berambut panjang itu.
“Kau
cantik hari ini dan aku sukaaaa,”aku mulai bersenandung di depan pagar. Masih
menunggu gadis itu lewat, aku sesekali merapikan rambut dan memastikan kalu
bajuku masih rapi. Setelan celana pendek dan kaos hitam plus jaket yang ku
gulung bagian lengannya sampai siku.
“Pokoknya ganteng dah,”
Hari
udah mulai gelap tapi gadis itu belum juga terlihat lewat depan rumahku. Aku
mulai putus asa. Masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. “Mudah-mudahan
besok bisa lihat dia lagi,”batinku.
Hari
berikutnya aku keluar rumah lebih awal, standby di teras rumah dengan pagar
terbuka agar tidak ada yang menghalangi pandanganku ke luar. Pukul 08.00 WIB
tepat aku berdiri di depan pagar, celingukan ke kanan dan ke kiri. Tapi tak ada
satupun orang yang lewat depan rumahku. Sepi.
“Hari apa sih sekarang, kok sepi
banget,”aku mengingat-ingat hari ini. “Oh,no. Monday.....,”aku bergegas ke
dalam rumah dan berganti pakaian.
Aku baru ingat kalau senin ini ada UTS jam
8.30 WIB, bergegas aku berangkat ke kampus yang jaraknya sekitar 8 km dari
rumah. Sepanjang perjalanan, mulutku terus komat-kamit berdoa agar aku sampai
di kampus tepat waktu.
UTS
selesai juga, setelah melewati 50 soal pilihan ganda dan 10 essay. “Mantap!!!”
Sekarang saatnya standby di depan rumah lagi demi gadis berambut panjang pujaan
hati. Belum juga ganti baju, aku sudah duduk di teras rumah. Segelas susu full
cream dingin sudah ada di meja teras menemaniku menunggu gadis itu.
Samar-samar
terlihat seorang gadis berjalan melewati depan rumahku, tangan kiri memegang
payung yang melindunginya dari sinar matahari sedangkan tangan kanan menenteng
tas kresek hitam. Dengan sigap aku langsung berdiri dan menghampirinya.
Benar memang gadis itu adalah si gadis berambut panjang yang waktu itu aku
lihat. Dia sudah sampai pojok pagar rumahku dan hendak berbelok ke arah gang
kecil di sebelah tembok pagar rumah. Aku segera berlari menghampirinya dan
mencegatnya. Aku membentangkan kedua tanganku di hadapannya. Seketika ia
berhenti, hampir saja dia menabrak tubuhku tapi sistem pengendaliannya jauh
lebih kuat dari yang aku bayangkan. Dia menatapku seolah bertanya apa yang
sedang aku lakukan.
“Oh,
maaf aku ganggu perjalanan kamu. Tapi ada yang mau omongin sama kamu,”kataku
pelan.
“Kita
saling kenal?”tanyannya
“Belum.
Kenalin, aku Dion. Rumahku di balik tembok ini, kamu sering lewat depan rumahku
tapi aku belum tahu nama kamu. Kamu orang baru ya?”
“Hmmm.....aku
Fitri. Aku tinggal di rumah itu dua minggu terakhir,”jawabnya sembari menunjuk
rumah kecil di belakang rumahku.
“Kamu
kuliah di mana Fit?”tanyaku lagi.
“Hehehe...,”dia
tertawa ringan mendengar pertanyaanku.
“Kok
malah ketawa, ada yang lucu?”
“Aku
nggak kuliah, aku kerja di toko buku ujung gang sana,”
“Oh,gitu
ya. Bawa apa tuh?”tanyaku basa-basi sembari menunjuk tas kresek di tangannya.
“Hmm...susu
full cream cair,”
“Wah,
suka susu full cream juga yah. Aku juga suka,”sahutku antusias saat tahu dia
juga suka susu full cream sama sepertiku.
“Bukan
buat aku kok. Maaf Dion, aku harus pulang, udah ditunggu,”
“Oh,
silakan,”
Dia
pergi melewatiku. Sekarang rasanya lega banget setelah tahu nama dia, apalagi
setelah tahu kalau rumah dia deket sama rumahku. Dari kejauhan aku masih
melihat dia berjalan ke arah rumahnya. Tepat saat dia ada di depan rumah,
terlihat dia jongkok dan membuka kedua tangannya seperti hendak memeluk
seseorang yang setinggi pinggulnya. Tiba-tiba seorang anak kecil berusia
sekitar 3 tahun memeluknya erat dan berteriak,”Mama......,”
Seketika
kakiku lemas mendengar anak itu memanggil Fitri dengan panggilan ‘mama’, itu
berarti Fitri bukan gadis single, dia udah punya anak. Dan susu full
cream yang dia beli itu mungkin untuk anaknya. Pupus sudah harapanku untuk
lebih jauh mengenalnya. Mungkin memang aku hanya ditakdirkan untuk tahu
namanya. “Fyughhh, Fitri...oh....Fitri.......,”